Toxic Parenting dan Bagaimana Menghadapinya?

Mempunyai keluarga yang sempurna adalah dambaan setiap manusia. Keluarga sejatinya adalah tempat yang pertama dan utama dalam mencurahkan kasih sayang dan memberikan rasa aman. Namun bagaimana jika hal tersebut justru tidak didapatkan dalam sebuah keluarga? Yang terjadi justru malah sebaliknya. Anda malah tinggal bersama keluarga yang bermasalah dan Anda punya keinginan untuk segera meninggalkan segala kepahitan di dalamnya karena orang-orang didalamnya gagal dalam menjalankan perannya.
Orangtua gagal menjalankan perannya. Mereka cenderung bersikap abusive, kasar, melakukan kekerasan secara fisik, verbal maupun secara mental, selalu marah-marah, penuh ancaman, tak mampu menafkahi keluarga dan anak-anaknya, cenderung mengabaikan dan tak peduli, dan dibiarkan terluka sendirian dalam waktu yang panjang, sehingga membuat Anda sedih, dan menangis. Anda ingin segera pergi dari sana meninggalkan semua kenangan pahit yang telah terjadi di keluarga Anda. Sayangnya, kenangan buruk tersebut selalu muncul dalam benak Anda, dan seringkali Anda merasa terganggu akan hal tersebut.
Lalu, apa sih dampaknya keluarga yang toxic terhadap anak-anak bahkan ketika mereka tumbuh dewasa? Psikolog Anak & Keluarga, Roslina Verauli menjelaskan bahwa anak-anak yang mengalami toxic parenting ketika dewasa tidak tepat dalam memilih pasangan bahkan cenderung abusive. Saat mereka berumah tangga dan mempunyai anak, maka mereka akan meniru pola pengasuhan orang tua mereka dulu. Dan mereka bahkan menganggap bahwa disfungsi keluarga adalah hal yang wajar. Semakin anak berfikir bahwa disfungsional keluarga adalah wajar, maka dia akan bermasalah dalam menghayati diri dan membangun hubungan dengan orang lain.
Rasanya lebih mudah menghindari teman yang toxic daripada keluarga. Namun adakah cara membatasi keluarga yang toxic agar relasi tetap terjaga namun Anda tetap “terlindungi” secara emosional?
Berikut ini tips menghadapi keluarga ataupun orang terdekat yang toxic menurut Psikolog Anak & Keluarga, Roslina Verauli :
- Batasan Fisik
Batasi jam atau waktu saat bertemu dengan si toxic. Dan atur konteksnya saat bertemu dengannya. Jangan bertemu mereka di setiap saat, namun hanya di saat-saat tertentu saja dan di jam-jam tertentu.
- Batasan Emosional
Buatlah batasan emosional dimana tidak semuanya bisa diobrolin dengan si toxic. Bahas topik-topik tertentu saja agar anda terlindungi secara emosional.
Tumbuh dalam keluarga yang disfungsional bukanlah hal yang mudah, namun bukan berarti itu tidak bisa mengubah masa depan Anda. Masa lalu dan segala pengalaman-pengalaman Anda tidak bisa menentukan masa depan Anda. Tentukan batasan –batasan dengan keluarga Anda agar tidak terlalu melukai Anda. Pastikan Anda punya orang-orang di luar sana yang mampu berbagi, bisa dipercaya, dan bisa diandalkan. Dan mereka akan memberikan pandangan yang obyektif mengenai permasalahan Anda dan akan selalu mendukung Anda.