FoodsLifestyleOpiniRembang

Seblak dan Geprek “Menjajah” Kekayaan Kuliner Indonesia (?)

Rembang, Kalasela.id – Seblak dan geprek merupakan makanan yang saat ini sedang populer di kalangan masyarakat Indonesia, terutama di kalangan generasi muda. Kedua makanan ini terbilang cukup murah dan mudah ditemukan di warung-warung kecil atau gerai-gerai yang tersebar di berbagai kota di Indonesia.

Namun, popularitas seblak dan geprek ini juga turut mempengaruhi perkembangan kuliner di Rembang, di mana makanan tradisional Rembang mulai tergeser oleh makanan-makanan modern seperti seblak dan geprek. Seolah-olah seblak dan geprek menjajah kekayaan kuliner Indonesia yang telah ada sejak lama. Fenomena ini tidak hanya terjadi di Rembang, tapi juga di daerah-daerah lain di Indonesia.

Hal ini tentu saja merugikan karena kita kehilangan banyak sekali kekayaan kuliner yang ada di Indonesia, termasuk di Rembang. Makanan tradisional memiliki citarasa dan keunikan tersendiri yang tidak terdapat pada makanan-makanan modern, dan merupakan bagian penting dari budaya dan sejarah suatu daerah.

Jumlah dan Variasi Kuliner di Indonesia

Menurut data yang ada, terdapat sekitar 80.000 jenis masakan di Indonesia, dengan rata-rata 500 jenis masakan yang terdapat di setiap provinsi.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 1.000 jenis masakan Indonesia telah tercatat dalam lembaga makanan dunia, yaitu World Food Heritage. Lembaga ini merupakan organisasi internasional yang memiliki tujuan untuk mengembangkan, mempromosikan, dan menjaga kekayaan kuliner dunia.

Beberapa masakan Indonesia yang tercatat dalam World Food Heritage antara lain rendang, sate, nasi goreng, gudeg, soto, opor ayam, lawar, dan masakan lainnya yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.

Selain itu, masakan Indonesia juga telah mendapat pengakuan dari berbagai lembaga internasional lainnya, seperti UNESCO dan CNN. Pada tahun 2011, rendang masuk dalam daftar 50 masakan terlezat di dunia versi CNN, sementara pada tahun 2013, UNESCO mengakui masakan Indonesia sebagai Warisan Kultural Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity).

Nah, jika kita tidak serius melakukan upaya untuk menjaga kekayaan ini bukan tidak mungkin semua itu hanya tinggal catatan sejarah. Generasi mendatang mungkin tidak akan tahu lagi bagaimana cara mengolah rendang, gudeg atau sate serepeh. Ketika saat itu tiba, peryataan bahwa seblak dan geprek menjajah kekayaan kuliner Indonesia mungkin benar adanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button