LifestyleOpiniTerkini

Ojo Adigang Adigung Adiguna: Filosofi Jawa yang Tersisihkan dari Kehidupan Modern

Rembang, Kalasela.id – Ojo Adigang Adigung Adiguna adalah sebuah ungkapan penuh filosofi yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Jawa. Melalui ungkapan ini, leluhur masyarakat Jawa mengajarkan nilai-nilai luhur yang berkaitan dengan sikap dan perilaku manusia dalam menjalani kehidupan. Namun, sayangnya, nilai-nilai ini semakin terkikis dan terpinggirkan dalam kehidupan modern kita.

Arti Adigang, Adigung, Adiguna

Dalam sebuah jurnal menjelaskan bahwa adigang, adigung, adiguna merupakan tuturan verbal yang menjadi cermin dari keinginan untuk memiliki sifat rendah hati. Sebuah sifat yang menggambarkan rasa tidak ingin menyakiti hati orang lain dalam berucap maupun berperilaku. Secara lebih luas, ungkapan ini mengajarkan untuk saling menghargai, saling tolong menolong, dan tidak merugikan orang lain.

Ungkapan ini terbentuk dari pengalaman masyarakat Jawa pada masa lampau, di mana nilai-nilai kesopanan dan kepatutan sangat dihargai. Pada zaman itu, memperlihatkan kesombongan adalah perilaku yang tidak terpuji dan tanda ketidakberdayaan serta ketidakmampuan seseorang. Oleh karena itu, masyarakat Jawa mengajarkan kepada anak-anaknya untuk selalu rendah hati, memuliakan orang lain, dan menjaga sopan santun dalam pergaulan.

Nilai-Nilai Yang Mulai Terabaikan

Sayangnya, banyak orang Jawa yang saat ini mengabaikan dan tidak lagi mempraktikkan ajaran ini. Banyak dari mereka yang menggunakan jabatan, kekayaan, dan kekuasaan hanya untuk kepentingan pribadi, tanpa memikirkan kepentingan masyarakat secara umum. Hal ini tentu saja bertentangan dengan nasehat dalam “Ojo Adigang, Adigung, Adiguna”.

Contoh nyata dari pengabaian tersebut adalah banyaknya tindakan korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan yang terjadi di berbagai lapisan masyarakat. Kita sering mendengar berita tentang pejabat atau tokoh masyarakat yang melakukan tindakan korupsi atau menyalahgunakan kekuasaan demi kepentingan pribadi. Tindakan semacam ini jelas melanggar nilai-nilai luhur yang mengajarkan untuk bersikap adil dan terhormat dalam segala aspek kehidupan.

Tidak hanya itu, keegoisan dan sikap individualisme juga semakin menguasai masyarakat modern. Banyak orang yang hanya memikirkan kepentingan pribadi tanpa memperhatikan kepentingan orang lain atau masyarakat secara luas. Hal ini sangat bertentangan dengan nilai-nilai “Ojo Adigang, Adigung, Adiguna” yang mengajarkan untuk bersikap bijaksana dalam mengambil keputusan dan memikirkan kepentingan bersama.

Nilai Pengajaran yang Masih Relevan hingga Sekarang

Tidak dapat dipungkiri bahwa pesan yang terkandung dalam ungkapan ini sangat relevan untuk diterapkan dalam masyarakat modern. Dalam masyarakat yang semakin kompleks dan maju, kita seringkali lupa akan pentingnya sikap rendah hati dan tidak sombong. Seringkali, kekuasaan dan kekayaan membuat orang merasa lebih unggul dan superior daripada orang lain. Padahal, sikap seperti ini hanya akan merugikan diri sendiri dan masyarakat sekitar.

Oleh karena itu, kita perlu kembali menghidupkan nilai-nilai yang terkandung dalam ungkapan “Ojo Adigang, Adigung, Adiguna”. Kita harus selalu mengingatkan diri sendiri untuk tidak sombong, tidak arogan, dan tidak angkuh dalam bergaul dengan sesama. Kita harus mempraktikkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam lingkungan sosial kita.

Dengan menghidupkan kembali nilai-nilai yang terkandung dalam pepatah “Ojo Adigang, Adigung, Adiguna”, kita dapat membangun masyarakat yang lebih harmonis, seimbang, dan adil. Kita dapat memperkuat tali persaudaraan antar sesama manusia dan memperluas jangkauan kepedulian sosial kita. Sebagai masyarakat yang hidup di era modern, kita harus mampu mengambil hikmah dan pelajaran dari ajaran masa lalu, agar kita dapat membentuk masyarakat yang lebih baik dan beradab.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button