OpiniSejarah

Dilema Indonesia Jadi Pasar Produk Tiongkok

Kabar gembira bagi kita semua karena Indonesia menjadi pasar bagi produk-produk Tiongkok. Mulai dari urusan kecil semacam jarum pentul hingga mobil listrik, semua berasal dari perusahaan Tiongkok. Fakta ini tidak perlu dipungkiri kerena memang sudah banyak dan nampak di permukaan. Kita dengan mudah dapat mengetahuinya dari miliaran transaksi yang ada di digital marketplace  nyatanya sedikit sekali barang yang berasal dari produsen lokal. Sebagian besar barang yang beredar di sana berasal dari luar negeri terutama Tiongkok.

Sebenarnya fenomena banjir produk Tiongkok ke Indonesia sudah terjadi sebelum era digital marketplace ini. Namun setelah kedatangan era digital marketplace ini, barang dari  Tiongkok berkali-kali lipat banyaknya membanjiri Indonesia. Hal ini mungkin didorong oleh kemudahan yang diperoleh dengan transaksi melalui digital marketing. Dahulu orang yang ingin membeli produk impor dari Tiongkok harus dalam jumlah besar karena biaya impor dan urusan perizinan yang merepotkan, sekarang perorangan dapat membeli barang impor satuan dengan mudah. Inilah salah satu faktor utama selain harga barang impor yang memang jauh lebih murah. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa masyarakat kita lebih cenderung tertarik terhadap produk murah. Sampai-sampai ada ungkapan di beberapa kalangan masyarakat kita bahwa

“asal murah, pasti kita beli”

Produk Tiongkok Menggeser Dominasi Perusahaan Dunia

Beberapa tahun lalu banyak orang memandang sebelah mata produk Tiongkok. Produk Tiongkok dianggap sebagai produk tiruan dengan kualitas seadanya. Bahkan dulu sempat viral sebuah meme yang menggambarkan produk mobil Tiongkok penyok karena menabrak sepeda buatan Jerman. Meme ini menunjukkan bahwa persepsi publik tentang produk Tiongkok adalah barang kelas kedua masih sangat tinggi.

Akan tetapi, saat ini kita lihat fakta hari ini begitu banyak produk Tiongkok yang menguasai pasar di Indonesia. Bukan hanya barang rumah tangga, produk teknologi semacam Game, Cyber security, hingga Electric Vehicle dari perusahaan Tiongkok sukses mendapatkan penggemarnya. Mereka mulai menggeser dominasi perusahaan besar dari Jepang, Korea, Eropa, dan Amerika. Melihat dari data yang ada, perusahaan Tiongkok ini memang fokus untuk memasarkan produknya ke negara potensial seperti India, Vietnam dan Indonesia selain juga berekspansi ke pasar Eropa dan Amerika.

Terbaru, Pemerintah Indonesia bekerjasama dengan konsorsium Tiongkok untuk membangun proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung yang anggarannya terus membengkak hingga sekarang. Lalu ada juga perusahaan Tiongkok yang sukses menjadi penyedia layanan kemananan siber bagi Pemerintah Indonesia. Tentu Pemerintah mempunyai pertimbangan-pertimbangan tersendiri sebelum akhirnya memutuskan untuk memilih perusahaan dari Tiongkok.

Strategi dan Daya Tawar Perusahaan Tiongkok

Menurut sebuah tulisan yang berjudul “Localization and China’s Tech Success in Indonesia” menerangkan bahwa perusahaan asal Tiongkok mempunyai strategi dan daya tawarnya sendiri untuk menjadi penyedia dalam proyek Pemerintah. Salah satunya dikarenakan mereka membuat program pelatihan untuk kelompok pelajar hingga pegawai pemerintah. Selain itu mereka juga memberikan penawaran pemeliharaan dan beberapa tambahan paket lain yang menarik. Namun perlu diketahui bahwa yang mereka lakukan bukan untuk transfer teknologi melainkan transfer pengetahuan, kita yang menjalankan mereka yang membuat. Secara sekilas tampaknya tidak ada yang salah dengan hal ini namun coba kita bedah secara lebih dalam. Apa yang akan terjadi jika kita terus-terusan menjadi negara pasar bagi negara lain? Sebegitu tidak mampukah kita untuk membuat produk yang bisa digunakan oleh masyarakat kita dan pemerintah kita sendiri? Apalagi untuk urusan negara dan pemerintahan, akan sangat rentan jika dikerjakan oleh pihak lain yang bukan berasal dari negara ini kan?

Saya bersyukur dalam pidato Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu, beliau telah menyampaikan kepada seluruh jajarannya untuk menggerakkan roda perekonomian kita sendiri. Hal ini dikarenakan beliau juga melihat hingga saat ini masih banyak potensi ekonomi Indonesia yang belum digunakan secara penuh. Menurut beliau masih banyak dari pelaksana pemerintahan seperti OPD, kepala daerah dan instrumennya yang menggunakan produk impor untuk keperluan kantor. Lebih lanjut dalam pidatonya, beliau juga menyampaikan bahwa kita sama saja dengan memberi pekerjaan bagi orang luar. Sementara dengan menggunakan produk dalam negeri, kita akan mampu untuk membuka lapangan kerja bagi masyarakat kita sendiri.

Upaya Membangun Kedaulatan Produk Dalam Negeri

Saya sangat setuju dengan pernyataan Pak Jokowi dalam pidato ini karena yang namanya negara harus bisa berdikari dan terlepas dari ketergantungan. Akan sangat rentan jika sebuah negara bergantung terhadap negara lain dan tidak mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Kemungkinan terburuknya, sebuah negara dapat kehilangan kendali dan kedaulatannya sehingga mudah dipermainkan oleh pihak lain.

Oleh karena itu, sudah saatnya untuk kita sama sama membangun negara kita sendiri dengan seluruh daya dan upaya kita agar mampu untuk BERDIKARI seperti kata Bung Karno. Sudah saatnya kita menjadi negara produsen bukan negara konsumen. Kita bisa mulai untuk mencontoh langkah negara maju lain dalam membangun pondasi ekonominya. Kita memiliki kekayaan Alam dan SDM melimpah yang tak kalah jauh dari Tiongkok. Kondisi kita bahkan jauh lebih baik jika dibandingkan dengan saat Tiongkok membangun pondasi ekonominya. Lantas apa yang menyebabkan kita tidak mampu untuk menjadi negara maju layaknya Tiongkok saat ini?

Sampai di paragraf ini mungkin ada yang mengatakan, kita kan bukan Tiongkok? Tiongkok kan komunis? Kita tidak bisa disamakan karena sistemnya berbeda dan lain sebagainya.

Saya tidak mendorong Indonesia untuk menjadi negara komunis seperti Tiongkok tapi mencontoh langkahnya dalam membangun perekonomiannya. Tentu tidak ada yang bisa memastikan dengan kita mengambil kebijakan pembangunan layaknya Tiongkok lantas akan berhasil juga. Tapi setidaknya kita sudah melangkah untuk mencoba kan? Jika kita terus berfikir kita berbeda dengan mereka, kita spesial dan tidak sama, kita punya jalan sendiri, lalu jalan apa yang akan kita ambil? Diam atau melangkah?

Sistem juga seperti barang yang lama kelamaan akan runtuh oleh zaman, kecuali jika sistem itu dibuat oleh Tuhan. Oleh karena itu, selama sistem yang baik itu ada dan dibutuhkan, tak ada alasan untuk terus bertahan pada sistem lama dan ketinggalan zaman. Kita bisa memilih untuk merubah sistem dan menjadikannya lebih sehat dan lebih baik. Bahkan Tiongkok yang katanya komunis pun ternyata mengembangkan sistem ekonominya bukan dengan landasan komunisme. Jadi menurut saya tidak ada alasan yang tepat untuk negara ini tidak mau mengejar kemajuan.
Bagaimana menurutmu? (MHZ)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button