Terkini

Akhir Kisah Manis Leicester City

Kalasela.id – Liga Premier Inggris Musim 2022/23 resmi berakhir usai semua tim mempertandingkan laga terakhir pada Minggu (28/5/2023) waktu setempat. Meskipun perebutan gelar juara telah usai dengan kemenangan gemilang Manchester City, namun laga terakhir menjadi penting bagi tim-tim yang berada di zona degradasi. The Foxes adalah salah satu tim yang harus berjuang hingga laga terakhir agar musim ini tak menjadi akhir kisah manis Leicester City .

Namun, hasil akhir tak berpihak dan The Foxes harus terdegradasi dari Liga Premier Inggris setelah kalah 2-1 dari West Ham United. The Foxes mengakhiri musim dengan berada di posisi ke -18 dengan raihan 34 poin, selisih dua poin dari Everton yang berada di posisi ke -17.

Terdegradasinya Leicester merupakan kejutan besar, mengingat mereka menjadi juara Liga Premier pada musim 2015/16. Mereka menjadi tim kedua dalam sejarah Liga Premier Inggris yang terdegradasi setelah meraih gelar juara. Hasil ini juga menjadi kekecewaan bagi para penggemar yang harus merelakan tim kesayangannya turun kasta dan menjadi saksi akhir kisah manis Leicester City di Liga Premier Inggris.

Penyebab Kegagalan Leicester City

Sebenarnya, Leicester memiliki catatan baik dalam hal membuat gol di musim ini. The Foxes mencetak 51 gol dalam 38 pertandingan, atau 7 gol lebih sedikit dari Manchester United yang finish di peringkat tiga. Jumlah ini terbilang cukup banyak apalagi jika melihat jumlah gol dari tim-tim yang berada di peringkat sebelas ke bawah. Namun, pertahanan yang buruk menjadi petaka untuk The Foxes. Mereka kebobolan 68 gol, jumlah keempat terbanyak di liga. Jumlah kebobolan mereka musim ini bahkan dua kali lipat lebih banyak dari musim 2015/16 saat mereka menjuarai liga.

Catatan buruk ini juga efek dari kebijakan transfer yang keliru dari manajemen The Foxes. Beberapa nama seperti Patson Daka, Boubakary Soumare, Jan Vestergaard, dan Ryan Bertrand yang tiba saat jendela transfer musim panas 2021 gagal menunjukkan performa terbaik. Kedatangan Wout Faes dan Harry Souttar juga tak banyak membantu untuk lini pertahanan mereka yang keropos. Selain itu, beberapa pemain yang lain juga tak mampu memberikan performa yang konsisten selama berjalannya musim.

Kebijakan transfer yang buruk mungkin juga berawal dari masalah keuangan yang menderita klub ini. Perusahaan Thailand yang memegang hak kepemilikan The Foxes mengalami kesulitan saat pandemi Covid-19. Mereka kesulitan untuk mengeluarkan dana guna menjalani musim di Liga Premier Inggris. Hingga pada Maret, Leicester City mengumumkan rekor kerugian finansial yang mencapai 92,5 juta pounds.

Selain itu, keputusan untuk tidak segera mencari kiper utama baru setelah kepergian Kasper Schmeicel ke Nice turut andil dalam keroposnya pertahanan The Foxes musim ini. Danny Ward jelas tidak menjadi sosok tepat sebagai pengganti Kasper Schmeicel. Seringkali ia terlihat tak menguasai lini belakang dengan berbagai kesalahan yang ia buat.

Demikianlah, sederet penyebab terdegradasinya Leicester City dari Liga Premier Inggris musim ini. Terdegradasinya Leicester adalah kekecewaan besar bagi klub dan para penggemarnya. The Foxes sekarang harus membangun kembali dari divisi Championship dengan harapan bisa kembali ke Liga Premier secepat mungkin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button